Selasa, 28 April 2015



Kanibal Sumanto Jadi Obyek Penelitian Mahasiswa Amerika dan Inggris
Masih ingat Sumanto? Seorang kanibalis asal Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga (Jateng) ?. Tentu saja, namanya sempat mencuat menghiasi
media nasional pada awal tahun 2002 karena memangsa mayat manusia. Nama Sumanto juga sempat menghebohkan Trans TV yang mengundangnya wawancara pada acara Empat Mata. Pasca tayangan wawancara dengan Sumanto, Acara itu tutup sementara dan berganti dengan ‘Bukan Empat Mata’.
Setelah sekian tahun tak muncul, ternyata sosok Sumanto masih dicari. Tak tanggung-tanggung, yang mencari mahasiswa asing dari Amerika dan Inggris.
Kedua mahasiswa itu hendak menyelesaikan tugas mata kuliah antropologi tentang pengaruh agama dan kehidupan di desa terhadap perubahan sikap mental seseorang. Setelah surfing di internet, mereka ketemu dengan sosok fenomenal, mantan kanibalis, Sumanto.
“Kami menemukan sosok yang tapat dengan keadaan Sumanto saat ini. Dia punya masalah dengan sikap mentalnya. Dan dia saat ini masih terus dalam proses rehabilitasi di alam perdesaan. Dia juga dalam pembinaan seorang kyai,” kata Peter, mahasiswa Columbia Leeds, Amerika, saat berkunjung ke Panti Rehabilitasi mental ‘An Nur’ milik KH Supono Mustajab di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga (Jateng).
Peter datang bersama rekannya bersama Rhys, mahasiswa Columbia Leeds dari Inggris. Karena tidak bisa berbahasa Indonesia, mereka ditemani seorang penerjemah.
Sumanto sendiri ketika mengetahui kedatangan dua bule muda itu langsung sumringah. Sikap suka pringas-pringis tak bisa disembunyikan. Sumanto bahkan bangga ketika kedua tamunya itu secara bergurau mengatakan, akan mempertemukan dia dengan Presiden AS Barrack Obama.
“Hebat kan, saya nanti jadi orang Indonesia pertama yang bertemu Presiden Obama. Saya bisa berbicara Bahasa Inggris tetapi saya lupa ngomongnya. Jadi saya ini adalah manusia paling berkesan di dunia. Karena saya menyita perhatian duni,” ujar cengengesan.
Sikap beringas Sumanto masih sempat ditakuti. Ketika sedang asyik mengobrol, mendadak kaki Sumanto tidak sengaja menendang laptop Peter hingga jatuh. Seketika keduanya terdiam dengan muka pucat. Mereka mengira Sumanto marah. Namun setelah Sumanto senyum, suasana cair kembali.
Setelah melakukan wawancara, Peter dan Rhys berkesimpulan bahwa orang yang bermasalah mentalnya bisa sembuh dengan metode pengobatan seperti di Bungkanel. Yakni memadukan pendekatan agama, medis dan alam perdesaan. ”Dia bisa sembuh dan kembali ke masyarakat,”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar