Kanibal
Sumanto Jadi Obyek Penelitian Mahasiswa Amerika dan Inggris
Masih ingat Sumanto? Seorang
kanibalis asal Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga (Jateng) ?.
Tentu saja, namanya sempat mencuat menghiasi
media nasional pada awal tahun
2002 karena memangsa mayat manusia. Nama Sumanto juga sempat menghebohkan Trans
TV yang mengundangnya wawancara pada acara Empat Mata. Pasca tayangan wawancara
dengan Sumanto, Acara itu tutup sementara dan berganti dengan ‘Bukan Empat
Mata’.
Setelah sekian tahun tak muncul,
ternyata sosok Sumanto masih dicari. Tak tanggung-tanggung, yang mencari
mahasiswa asing dari Amerika dan Inggris.
Kedua mahasiswa itu hendak
menyelesaikan tugas mata kuliah antropologi tentang pengaruh agama dan
kehidupan di desa terhadap perubahan sikap mental seseorang. Setelah surfing
di internet, mereka ketemu dengan sosok fenomenal, mantan kanibalis, Sumanto.
“Kami menemukan sosok yang tapat
dengan keadaan Sumanto saat ini. Dia punya masalah dengan sikap mentalnya. Dan
dia saat ini masih terus dalam proses rehabilitasi di alam perdesaan. Dia juga
dalam pembinaan seorang kyai,” kata Peter, mahasiswa Columbia Leeds, Amerika,
saat berkunjung ke Panti Rehabilitasi mental ‘An Nur’ milik KH Supono Mustajab
di Desa Bungkanel, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Purbalingga (Jateng).
Peter datang bersama rekannya
bersama Rhys, mahasiswa Columbia Leeds dari Inggris. Karena tidak bisa
berbahasa Indonesia, mereka ditemani seorang penerjemah.
Sumanto sendiri ketika
mengetahui kedatangan dua bule muda itu langsung sumringah. Sikap suka
pringas-pringis tak bisa disembunyikan. Sumanto bahkan bangga ketika kedua
tamunya itu secara bergurau mengatakan, akan mempertemukan dia dengan Presiden
AS Barrack Obama.
“Hebat kan, saya nanti jadi
orang Indonesia pertama yang bertemu Presiden Obama. Saya bisa berbicara Bahasa
Inggris tetapi saya lupa ngomongnya. Jadi saya ini adalah manusia paling
berkesan di dunia. Karena saya menyita perhatian duni,” ujar cengengesan.
Sikap beringas Sumanto masih
sempat ditakuti. Ketika sedang asyik mengobrol, mendadak kaki Sumanto tidak
sengaja menendang laptop Peter hingga jatuh. Seketika keduanya terdiam dengan
muka pucat. Mereka mengira Sumanto marah. Namun setelah Sumanto senyum, suasana
cair kembali.
Setelah melakukan wawancara, Peter
dan Rhys berkesimpulan bahwa orang yang bermasalah mentalnya bisa sembuh dengan
metode pengobatan seperti di Bungkanel. Yakni memadukan pendekatan agama, medis
dan alam perdesaan. ”Dia bisa sembuh dan kembali ke masyarakat,”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar